Pengantar Diktat Hukum

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh,

Ma'af untuk konten atau materi yang ada memang tidak semuanya merupakan postingan/tulisan saya sendiri, namun demikian hal tersebut saya maksudkan memang untuk memenuhi subyektifitas tematik.

dan saya memohon ma'af apabila memang ada sebagian dari posting atau tulisan yang tidak atau belum diterbitkan dengan ijin penulis aseli, akantetapi posting/tulisan tersebut tetap saya tampilkan secara aseli beserta penulis, dan bila memang ada yang belum/tidak terdapat nama dan sumber aseli maka sekali lagi saya mohon ma'af atas kealpaan saya hingga lupa dari blog atau/situs mana saya memperolehnya pada saat mengkopi.

sekali lagi harap maklum dan saya akan terima komentar serta kritik melalui media penghubung yang telah saya sediakan.

dikarenakan blog/site ini hanyalah sekedar sarana berbagi materi, teori dan doktrin dalam bidang hukum semata, namun saya usahakan bahwa posting berdasarkan kajian saya pribadi akan saya sampaikan kemudian - dan memang saat ini belum semuanya dapat saya upload dikarenakan sesuatu kepentingan profesional.

blog dari blogger yang punya profesi sebagai praktisi hukum, sekedar share tentang ilmu dan keilmuan hukum secara teori dan praksis serta pengetahuan umum.

terimakasih,

wasalam.


Agung Pramono

Harry Potter dan Peradilan Hukum

Harry Potter and the Order of the Phoenix


-- Bab 8 --
Dengar Pendapat

Harry terkesiap, dia tidak bisa menahan diri. Ruang bawah tanah besar yang dimasukinya tampak sudah dikenalnya. Dia bukan hanya pernah melihatnya, dia sudah perbah berada di sini sebelumnya. Ini adalah tempat di mana dia telah menyaksikan keluarga Lestrange divonis hukuman seumur hidup di Azkaban. 

Dinding-dindingnya terbuat dari batu gelap yang diterangi oleh obor-obor. Bangku-bangku kosong berada di kedua sisinya, tetapi di depan, di bangku-bangku tertinggi, ada banyak figur-figur berbayang. Mereka berbicara dengan suara rendah, tetapi ketika pintu berat itu mengayun tertutup di belakang Harry timbul keheningan yang tidak menyenangkan. 

Sebuah suara pria yang dingin berdering menyeberangi ruang sidang. 

'Kamu terlambat.' 

'Sori,' kata Harry dengan gugup. 'Aku -- aku tidak tahu waktunya sudah diganti.' 

'Itu bukan kesalahan Wizwngamot,' kata suara itu. 'Seekor burung hantu telah dikirim ke tempatmu pagi ini. Duduklah.' 

Harry melayangkan pandangan ke kursi di tengah ruangan, yang lengan-lengannya ditutupi rantai-rantai. Dia sudah pernah melihat mereka menjadi hidup dan mengikat siapapun yang duduk di antara mereka. Langkah-langkah kakinya menggema keras selagi dia berjalan menyeberangi lantai batu. Ketika dia duduk dengan hati-hati di ujung kursi itu rantai-rantainya berdenting mengancam tetapi tidak mengikatnya. Merasa agak sakit, dia melihat ke atas ke orang-orang yang duduk di bangku-bangku di atas. 

Adasekitar lima puluh dari mereka, semuanya, sejauh yang bisa dilihatnya, mengenakan jubah-jubah berwarna plum dengan huruf perak 'W' yang penuh hiasan di sisi kirii dada dan semuanya menatap ke bawah hidung mereka kepadanya, bebrapa dengan ekspresi yang amat keras, yang lainnya tampang-tampang keingintahuan yang jelas. 

Di bagian paling tengah dari baris depan duduk Cornelius Fudge, Menteri Sihir. Fudge adalah seorang pria yang gemuk yang sering memakai sebuah topi bowler hijau-limau, walaupun hari ini dia tidak memakainya; dia juga tidak memakai senyum ramah yang pernah digunakannya ketika berbicara kepada Harry. Seorang penyihir wanita dengan rahang lebar dan persegi yang berambut kelabu sangat pendek duduk di sebelah kiri Fudge; dia mengenakan kacamata berlensa satu dan terlihat menakutkan. Di sisi kanan Fudge ada seorang penyihir wanita lagi, tetapi dia duduk demikian jauh ke belakang sehingga wajahnya berada dalam bayang-bayang. 

'Baiklah,' kata Fudge. 'Tertuduh telah hadir -- akhirnya -- mari kita mulai. Apakah kamu sudah siap?' dia memanggil ke ujung barisan. 

'Ya, sir,' kata sebuah suara bersemangat yang dikenal Harry. Kakak Ron Percy sedang duduk di bagian terujung bangku depan. Harry melihat kepada Percy, mengharapkan beberapa tanda pengenalan darinya, tetapi tidak ada yang datang. Mata Percy, di balik kacamata tanduknya, terpaku pada perkamennya, dengan sebuah pena bulu berada di tangannya. 

'Sidang dengar pendapat kedisiplinan pada tanggal dua belas Agustus,' kata Fudge dengan suara berdering, dan Percy mulai mencatat seketika, 'pada pelanggaran yang dilakukan terhadap Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur dan Undang-Undang KErahasiaan Internasional oleh Harry James Potter, penduduk di nomor empat, Privet Drive, Little Whinging, Surrey. 

'Para penginterogasi: Cornelius Oswald Fudge, Menteri Sihir; Amelia Susan Bones, Kepala Departemen Penegakan Hukum Sihir; Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri. Notulen sidang, Percy Ignatius Weasley --' 

'Saksi untuk pembelaan, Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore,' kata sebuah suara tenang dari belakang Harry, yang memalingkan kepalanya begitu cepat sehingga lehernya jadi kaku. 

Dumbledore sedang melangkah dengan tenang menyeberangi ruangan mengenakan jubah biru-tengah malam yang panjang dan ekspresi benar-benar tenang. Janggut dan rambut peraknya yang panjang berkilau dalam cahaya obor ketika dia berada sejajar dengan Harry dan melihat kepada Fudge melalui kacamata setengah-bulan yang terjepit di tengah hidungnya yang sangat bengkok. 

Para anggota Wizengamot saling bergumam. Semua mata sekarang tertuju pada Dumbledore. Beberapa terlihat jengkel, yang lain sedikit ketakutan; namun dua penyihir wanita tua di baris belakang mengangkat tangan mereka dan melambai menyambut. 

Sebuah emosi yang kuat telah timbul di dada Harry saat melihat Dumbledore, sebuah perasaan terlindung dan penuh harapan yang mirip dengan yang diberikan nyanyian phoenix kepadanya. Dia ingin melihat ke mata Dumbledore, tetapi Dumbledore tidak melihat ke arahnya; dia terus melihat ke atas pada Fudge yang jelas terganggu. 

'Ah,' kata Fudge, yang terlihat sangat bingung. 'Dumbledore. Ya. Kalau begitu, Anda -- mendapat -- er -- pesan kami bahwa waktu dan -- er -- tempat sidang telah diubah?' 

'Aku pasti ketinggalan pesan itu,' kata Dumbledore dengan ceria. 'Namun karena kesalahan yang menguntungkan aku tiba di Kementerian tiga jam lebih cepat, jadi tidak ada yang rugi.' 

'Ya -- well -- kurasa kita akan butuh satu kursi lagi -- aku -- Weasley, bisakah kamu --? 

'Tidak usah khawatir, tidak usah khawatir,' kata Dumbledore dengan menyenangkan; dia mengeluarkan tongkatnya, melambaikannya sedikit, dan sebuah kursi berlengan empuk dari kain muncul entah darimana di samping Harry. Dumbledore duduk, menggabungkan ujung-ujung jarinya yang panjang dan mengamati Fudge melewati jarin-jarinya dengan ekspresi tertarik yang sopan. Wizengamot masih bergumam dan bertingkah gelisah; hanya ketika Fudge berbicara lagi barulah mereka tenang. 

'Ya,' kata Fudge lagi, sambil mengocok catatan-catatannya. 'Well, kalau begitu. Jadi. Tuntutannya. Ya.' 

Dia mengeluarkan sepotong perkamen dari tumpukan di hadapannya, mengambil napad dalam-dalam, membacakan, 'Tuntutan melawan tertuduh adalah sebagai berikut: 

'Bahwa dia dengan sengaja dan sadar dan sepenuhnya menyadari tindakannya bertentangan dengan hukum, setelah menerima peringatan tertulis sebelumnya dari Kementerian Sihir atas tuduhan serupa, menghasilkan Mantera Patronus di daerah tempat tinggal Muggle, dengan kehadiran seorang Muggle, pada tanggal dua Agustus pukul sembilan lewat dua puluh tiga, yang melanggar Paragraf C dari Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur, 1875, dan juga Seksi 13 dari Undang-Undang Kerahasiaan Konfederasi Penyihir Internasional. 

'Kamu adalah Harry James Potter, dari nomor empat, Privet Drive, Little Whinging, Surrey?' Fudge berkata sambil melotot pada Harry dari puncak perkamennya. 

'Ya,' kata Harry. 

'Kamu menerima sebuah peringatan resmi dari Kementerian karena menggunakan sihir ilegal tiga tahun yang lalu, bukankah begitu?' 

'Ya, tapi --' 

'Dan kamu masih menghasilkan sebuah Patronus pada malam dua Agustus?' kata Fudge. 

'Ya,' kata Harry, 'tapi --' 

'Tahu bahwa kamu tidak dibolehkan menggunakan sihir di luar sekolah selagi kamu di bawah umur tujuh belas?' 

'Ya, tapi --' 

'Tahu bahwa kamu berada di daerah penuh Muggle?' 

'Ya, tapi --' 

'Sadar sepenuhnya bahwa kamu berada sangat dekat dengan seorang Muggle pada saat itu?'

'Ya,' kata Harry dengan marah, 'tapi aku hanya menggunakannya karena kami --' 

Panyihir wanita berkacamata lensa satu menyelanya dengan suara menggelegar. 

'Kamu menghasilkan Patronus terlatih?' 

'Ya,' kata Harry, 'karena --' 

'Sebuah Patronus korporeal?' 

'Sebuah -- apa?' kata Harry. 

'Patronusmu punya bentuk yang tampak jelas? Maksudku, lebih dari sekedar uap atau asap?' 

'Ya,' kata Harry, merasa tidak sabar sekaligus sedikit putus asa, 'bentuknya kijang jantan, selalu kijang jantan.' 

'Selalu?' gelegar Madam Bones. 'Kamu sudah pernah menghasilkan Patronus sebelum sekarang?' 

'Ya,' kata Harry, 'aku sudah melakukannya selama lebih dari setahun.' 

'Dan kamu berumur lima belas tahun?' 

'Ya, dan --' 

'Kamu mempelajari hal ini di sekolah?' 

'Ya, Profesor Lupin mengajari saya di tahun ketiga saya, karena --' 

'Mengesankan,' kata Madam Bones, sambil menatapnya, 'Patronus sejati pada usianya ... sangat mengesankan.' 

Beberapa penyihir di sekitarnya bergumam lagi; sedikit mengangguk, tetapi yang lain merengut dan menggelengkan kepala-kepala mereka. 

'Bukan soal seberapa mengesankannya sihir itu,' kata Fudge dengan suara tidak sabar. 'Bahkan menurutku semakin mengesankan semakin buruk jadinya, mengingat bocah itu melakukannya dalam pandangan jelas seorang Muggle.' 

'Aku melakukannya karena Dementor!' dia berkata dengan keras, sebelum orang lain bisa menyelanya lagi. 

Dia telah mengharapkan gumaman lagi, tetapi keheningan yang timbul kelihatan jauh lebih pekat dari sebelumnya. 

'Dementor?' kata Madam Bones setelah beberapa saat, alisnya yang tebal menaik hingga kacamata berlensa satunya terlihat akan jatuh. 'Apa maksudmu, nak?' 

'Maksudku ada dua Dementor di gang dan mereka menyerang aku dan sepupuku!' 

'Aha!' kata Fudge lagi, sambil menyeringai tidak menyenangkan ketika dia memandang berkeliling pada Wizengamot, seakan-akan mengajak mereka berbagi lelucon. 'Ya. Ya. Sudah kukira kita akan mendengar sesuatu seperti ini.' 

'Dementor di Little Whinging?' Madam Bones berkata, dengan nada terkejut sekali. 'Aku tidak mengerti --' 

'Tidakkah kau, Amelia?' kata Fudge, masih menyeringai. 'Mari kujelaskan. Dia telah memikirkannya terus dan memutuskan Dumbledore akan membuat cerita pengantar yang sangat bagus, memang sangat bagus. Para Muggle tidak bisa melihat Dementor, benar kan, nak? Sangat sesuai, sangat sesuai ... jadi itu cuma perkataanmu dan tidak ada saksi ...' 

'Aku tidak bohong!' kata Harry dengan keras, melawan pecahnya gumaman lagi dari sidang. 'Ada dua, datangnya dari ujung-ujung gang yang berlawanan, semua jadi gelap dan dingin dan sepupuku merasakan mereka dan lari --' 

'Cukup, cukup!' kata Fudge dengan tampang sangat congkak di wajahnya. 'Aku menyesal harus menyela apa yang kuyakin pasti sebuah cerita yang terlatih dengan baik --' 

Dumbledore mengencerkan tenggorokannya. Wizengamot terdiam lagi. 

'Kenyataannya, kami memang punya seorang saksi akan kehadiran Dementor di gang itu,' dia berkata, 'selain Dudley Dursley, maksudku.' 

Wajah gemuk Fludge terlihat mengendur, seakan-akan seseorang telah mengeluarkan udara darinya. Dia memandang ke Dumbledore sejenak atau dua, dengan penampilan seorang lelaki yang menguatkan dirinya kembali, berkata, 'Kutakutkan kita tidak punya waktu untuk mendengarkan kebohongan lagi, Dumbledore, aku mau ini diatasi dengan cepat --' 

'Aku mungkin salah,' kata Dumbledore dengan menyenangkan, 'tapi aku yakin bahwa di bawah Piagam Hak-Hak Wizengamot, tertuduh mempunyai hak untuk menghadirkan saksi-saksi bagi kasusnya? Bukankah itu kebijakan Departemen Penegakan Hukum Sihir, Madam Bones?' dia meneruskan sambil berbicara kepada penyihir wanita yang memakai kacamata berlensa satu. 

'Benar,' kata Madam Bones. 'Sangat benar.' 

'Oh, baiklah, baiklah,' kata Fudge dengan tajam. 'Di mana orang ini?' 

'Aku membawanya bersamaku,' kata Dumbledore. 'Dia tepat di luar pintu. Haruskah aku --' 

'Tidak -- Weasley, kamu pergi,' Fudge menghardik Percy, yang bangkit seketika, berlari menuruni tangga-tangga batu dari balkon hakim dan bergegas melewati Dumbledore dan Harry tanpa melirik sekilaspun pada mereka. 

Sejenak kemudian, Percy kembali, diikuti oleh Mrs Figg. Dia tampak takut dan lebih sinting dari sebelumnya. Harry berharap dia berpikir untuk mengganti selop karpetnya.

Dumbledore berdiri dan memberikan kursinya kepada Mrs Figg, menyihir kursi kedua untuk dirinya sendiri. 

'Nama lengkap?' kata Fudge dengan keras, ketika Mrs Figg telah duduk dengan gugup di ujung kursi. 

'Arabella Doreen Figg,' kata Mrs Figg dengan suara bergetar. 

'Dan siapa sebenarnya Anda?' kata Fudge dengan suara bosan dan angkuh. 

'Aku penduduk Little Whinging, dekat dengan tempat Harry tinggal,' kata Mrs Figg. 

'Kami tidak punya catatan adanya penyihir wanita ataupun pria yang tinggal di Little Whinging, selain Harry Potter,' kata Madam Bones seketika. 'Daerah itu selalu diawasi dengan ketat, mengingat ... mengingat kejadian-kejadian di masa lalu.' 

'Aku seorang Squib,' kata Mrs Figg. 'Jadi kalian tidak akan mencatat aku, 'kan?' 

'Seorang Squib, eh?' kata Fudge sambil mengamati dia lekat-lekat. 'Kami akan mengecek hal itu. Anda harus meninggalkan detil-detil keturunan Anda dengan asisten saya Weasley. Sehubungan dengan itu, bisakah Squib melihat Dementor?' dia menambahkan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sepanjang bangku itu. 

'Ya, kami bisa!' kata Mrs Figg marah. 

Fudge melihat kembali kepadanya dengan alis terangkat. 'Baiklah,' dia berkata dengan dingin. 'Apa ceritamu?' 

'Aku pergi keluar untuk membeli makanan kucing dari toko di sudut jalan di ujung Wisteria Walk, sekitar pukul sembilan, pada malam dua Agustus,' Mrs Figg berkata cepat-cepat dengan kurang jelas dan seketika, seakan-akan dia telah mempelajari dalam hati apa yang akan dikatakannya, 'ketika aku mendengar keributan di gang antara Magnolia Crescent dan Wisteria Walk. Sewaktu menghampiri mulut gang aku melihat Dementor berlari --' 

'Berlari?' kata Madam Bones dengan tajam. 'Dementor tidak berlari, mereka melayang.' 

'Itu yang kumaksudkan,' kata Mrs Figg dengan cepat, semburat merah muda timbul di pipinya yang keriput. 'Melayang menyusuri gang menuju apa yang tampak seperti dua anak lelaki.' 

'Bagaimana tampang mereka?' kata Madam Bones, menyipitkan matanya sehingga tepi kacamatanya menghilang ke dagingnya.

'Well, yang satu sangat besar dan yang lain agak kurus --'

'Bukan, bukan,' kata Madam Bones tidak sabar. 'Para Dementor ... gambarkan mereka.'

'Oh,' kata Mrs Figg, rona merah mudanya telah menjalar ke lehernya sekarang. 'Mereka besar. Besar dan memakai jubah,'

Harry merasakan depresi yang mengerikan di dasar perutnya. Apapun yang mungkin dikatakan Mrs Figg, baginya terdengar seolah-olah hal terjauh yang pernah dilakukannya dilihatnya adalah gambar Dementor, dan sebuah gambar tidak akan mengungkapkan kebenaran mengenai seperti apa makhluk-makhluk ini: cara mereka bergerak yang menakutkan, melayang-layang beberapa inci di atas tanah; atau bau busuk mereka; atau suara berderak mengerikan yang dibuat ketika mereka mengisap udara sekitar ...

Di baris kedua, seorang penyihir gemuk pendek dengan kumis hitam besar bersandar mendekat untuk berbisik ke telinga tetangganya, seorang penyihir wanita berambut ikal. Dia menyeringai dan mengangguk.

'Besar dan mengenakan jubah,' ulang Madam Bones dengan dingin, sementara Fudge mendengus mengejek. 'Aku mengerti. Ada lagi yang lain?'

'Ya,' kata Mrs Figg. 'Aku merasakan mereka. Semua jadi dingin, dan ini adalah malam musim panas yang sangat hangat, camkan itu. Dan aku merasa ... seakan-akan semua kebahagiaan telah hilang dari dunia ini ... dan aku ingat ... hal-hal yang mengerikan ...'

Suaranya bergetar dan diam.

Mata Madam Bones melebar sedikit. Harry bisa melihat tanda-tanda merah di bawah alisnya di mana kacamatanya tertancap tadi.

'Apa yang dilakukan Dementor itu?' dia bertanya, dan Harry merasakan serbuan harapan.

'Mereka mengejar anak-anak itu,' kata Mrs Figg, suaranya lebih kuat dan lebih percaya diri sekarang, rona merah muda mulai menghilang dari wajahnya. 'Salah satunya terjatuh. Yang lain sedang mundur, mencoba untuk menghalau Dementor. Itu Harry. Dia mencoba dua kali dan hanya menghasilkan uap perak. Pada percobaan ketiga, dia menghasilkan Patronus, yang menyerang Dementor pertama dan kemudian, dengan dorongannya, mengejar Dementor kedua menjauh dari sepupunya. Dan itulah ... itulah yang terjadi,' Mrs Figg menyelesaikan dengan agak tertegun.

Madam Bones memandang Mrs Figg dalam keheningan. Fudge sedang tidak melihat kepadanya sama sekali, tetapi sedang mengutak-atik kertas-kertasnya. Akhirnya, dia menaikkan matanya dan berkata, dengan agak agresif, 'Itu yang Anda lihat, bukan?'

'Itu yang terjadi,' Mrs Figg mengulangi.

'Baiklah,' kata Fudge. 'Anda boleh pergi.'

Mrs Figg memberi pandangan takut dari Fudge ke Dumbledore, lalu bangkit dan berjalan dengan kaki terseret menuju pintu. Harry mendengarnya berdebuk menutup di belakangnya.
'Bukan saksi yang amat meyakinkan,' kata Fudge dengan angkuh.

'Oh, aku tidak tahu,' kata Madam Bones dengan suaranya yang menggelegar. 'Dia benar-benar menggambarkan efek serangan Dementor dengan sangat akurat. Aku tidak dapat membayangkan mengapa dia akan berkata mereka ada di sana kalau memang tidak.'

'Tetapi Dementor berkeliaran ke kediaman Muggle dan hanya kebetulan bertemu dengan seorang penyihir?' dengus Fudge. 'Kemungkinannya pastilah sangat, sangat kecil. Bahkan Bagman sekalipun tidak akan bertaruh --'

'Oh, aku tidak mengira satupun dari kita percaya bahwa Dementor itu ada di sana karena kebetulan,' kata Dumbledore dengan ringan.

Penyihir wanita yang duduk di sebelah kanan Fudge, dengan wajah dalam bayang-bayang, bergerak sedikit tetapi semua orang lainnya tetap diam dan tidak bersuara.

'Apa apa maksudmu itu?' Fudge bertanya dengan dingin.

'Maksudnya kukira mereka diperintahkan ke sana,' kata Dumbledore.

'Aku kira kita pasti akan punya catatan kalau seseorang menyuruh sepasang Dementor pergi berjalan-jalan ke Little Whinging!' hardik Fudge.

'Tidak kalau Dementor-Dementor itu menuruti perintah dari seseorang di luar Kementerian Sihir akhir-akhir ini,' kata Dumbledore dengan tenang. 'Aku sudah memberimu pandanganku mengenai hal ini, Cornelius.'

'Ya, memang,' kata Fudge penuh tenaga, 'dan aku tidak punya alasan untuk percaya bahwa pandangan-pandanganmu bukan omong kosong, Dumbledore. Para Dementor tetap berada di Azkaban dan sedang melakukan segala hal yang kita minta kepada mereka.'

'Kalau begitu,' kata Dumbledore dengan pelan tetapi jelas, 'kita harus bertanya kepada diri kita sendiri mengapa seseorang di dalam Kementerian menyuruh sepasang Dementor ke gang itu pada tanggal dua Agustus.'

Dalam keheningan total yang menyambut kata-kata ini, penyihir wanita di sisi kanan Fudge bersandar ke depan sehingga Harry melihatnya untuk pertama kalinya.

Dia berpikir wanita itu tampak seperti seekor katak besar yang pucat. Dia agak gemuk-pendek dengan wajah lebar dan kendur, lehernya sama sedikitnya dengan Paman Vernon dan mulut yang sangat lebar dan kendur. Matanya besar, bundar dan agak menonjol. Bahkan pita beludru hitam kecil yang bertengger di bagian atas rambutnya yang keriting pendek mengingatkan pada seekor lalat besar yang baru akan ditangkapnya dengan lidah panjang yang lengket.

'Ketua mengenali Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri,' kata Fudge.
Penyihir wanita itu berbicara dengan suara gugup bernada tinggi seperti anak perempuan yang membuat Harry terkesima; dia telah mengharapkan bunyi kuak.

'Aku yakin aku telah salah mengerti Anda, Profesor Dumbledore,' katanya, dengan sebuah senyum simpul tapi matanya yang besar dan bundar masih sedingin sebelumnya. 'Bodohnya aku. Tapi sejenak kedengarannya seolah-olah Anda menuduh Kementerian Sihir telah memerintahkan penyerangan terhadap anak ini!' 

Dia mengeluarkan tawa merdu yang membuat bulu roma Harry bangkit. Beberapa anggota Wizengamot lainnya ikut tertawa. Tidak bisa lebih jelas lagi bahwa tak seorangpun dari mereka benar-benar merasa lucu.

'Kalau benar bahwa Dementor hanya menuruti perintah dari Kementerian Sihir, dan juga benar bahwa dua Dementor menyerang Harry dan sepupunya seminggu yang lalu, maka secara logis seseorang di dalam Kementerian telah memerintahkan penyerangan itu,' kata Dumbledore dengan sopan. 'Tentu saja, Dementor yang dimaksud bisa saja berada di luar kendali Kementerian --'

'Tidak ada Dementir di luar kendali Kementerian!' sambar Fudge, yang telah menjadi semerah bata.

Dumbledore mencondongkan kepalanya sedikit tertunduk.

'Maka tidak diragukan lagi Kementerian akan melakukan penyelidikan menyeluruh mengapa dua Dementor berada sangat jauh dari Azkaban dan mengapa mereka menyerang tanpa disuruh.'

'Bukan kamu yang harus menentukan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan Kementerian, Dumbledore!' sambar Fudge, sekarang berwarna magenta yang pasti membuat Paman Vernon bangga.

'Tentu saja bukan,' kata Dumbledore dengan enteng. 'Aku hanya menyatakan keyakinanku bahwa masalah ini tidak akan berlanjut tanpa diselidiki.'

Dia melirik Madam Bones, yang menyesuaikan letak kacamatanya dan menatap balik kepadanya sambil sedikit merengut.

'Aku akan mengingatkan semua orang bahwa perilaku para Dementor ini, kalau bukan potongan imajinasi anak ini, bukanlah subyek sidang dengar pendapat ini!' kata Fudge. 'Kita berada di sini untuk memeriksa pelanggaran Harry Potter terhadap Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur!'

'Tentu saja,' kata Dumbledore, 'tetapi kehadiran Dementor di gang itu sangat relevan. Pasal Tujuh dari Dekrit menyatakan bahwa sihir boleh digunakan di hadapan Muggle pada keadaan-keadaan luar biasa, dan karena keadaaan-keadaan luar biasa itu termasuk situasi yang mengancam nyama penyihir pria atau wanita itu sendiri, atau penyihir atau Muggle manapun juga yang ada pada saat --'

'Kami tahu betul isi Pasal Tujuh, terima kasih banyak!' geram Fudge.

'Tentu saja,' kata Dumbledore penuh sopan santun. 'Kalau begitu kita sepakat bahwa penggunaan Mantera Patronus oleh Harry dalam keadaan-keadaan ini jatuh persis ke dalam kategori keadaan-keadaan luar biasa yang digambarkan pasal tersebut?'

'Jika memang ada Dementor, yang kusangsikan.'

'Anda telah mendengarnya dari seorang saksi mata,' Dumbledore menyela. 'Kalau Anda masih meragukan kejujurannya, panggil dia kembali, tanyai dia lagi, aku yakin dia tidak akan keberatan.'

'Aku -- itu -- tidak --' gertak Fudge, sambil memainkan kertas-kertas di hadapannya. 'Itu -- aku ingin ini semua selesai hari ini, Dumbledore!'

'Tapi tentunya, Anda tidak akan peduli berapa kali Anda mendengar dari saksi mata, kalau alternatifnya adalah kegagalan menjalankan hukum yang serius,' kata Dumbledore.

'Kegagalan serius, topiku!' kata Fudge pada puncak suaranya. 'Pernahkah kamu bersusah-payah menjumlahkan semua cerita omong kosong yang telah dikeluarkan anak ini, Dumbledore, selagi mencoba menutup-nutupi penyalahgunaan sihir di luar sekolah yang menyolok olehnya? Kukira kau telah lupa Mantera Melayang yang digunakannya tiga tahun yang lalu --'

'Itu bukan aku, pelakunya peri-rumah!' kata Harry.

'KAU LIHAT?' raung Fudge, sambil memberi isyarat dengan semarak ke arah Harry. 'Peri-rumah! Dalam rumah Muggle! Kutanya kau.'

'Peri-rumah yang dimaksud sekarang dipekerjakan di Sekolah Hogwarts,' kata Dumbledore. 'Aku bisa memanggilnya ke sini dalam sekejap untuk memberi kesaksian kalau Anda mau.'

'Aku -- bukan -- aku tidak punya waktu untuk mendengarkan para peri-rumah! Lagipula, itu bukan satu-satunya -- dia menggelembungkan bibinya, demi Tuhan!' Fudge berteriak, sambil menghantamkan kepalannya ke bangku hakin dan membalikkan sebotol tinta.

'Dan Anda telah dengan sangat baik hati tidak mengajukan tuntutan pada saat itu, kuanggap, sambil menerima bahwa bahkan penyihir-penyihir terbaik sekalipun tidak dapat selalu mengendalikan emosi mereka.' kata Dumbledore dengan tenang, sementara Fudge berusaha mengosok tinta dari catatannya.

'Dan aku belum mulai lagi dengan apa yang dilakukannya di sekolah.'

'Tetapi, karena Kementerian tidak memiliki kuasa untuk menghukum murid-murid Hogwarts atas tingkah laku yang salah di sekolah, perilaku Harry di sana tidaklah relevan dengan dengar pendapat ini,' kata Dumbledore, masih sesopan tadi, tetapi sekarang ada rasa dingin di balik kata-katanya.

'Oho!' kata Fudge. 'Bukan urusan kami apa yang dia perbuat di sekolah, eh? Menurutmu begitu?'

'Kementerian tidak punya kekuasaan untuk mengeluarkan siswa-siswa Hogwarts, Cornelius, seperti yang kuingatkan kepadamu pada malam dua Agustus,' kata Dumbledore. 'Juga tidak mempunyai hak untuk menyita tongkat sihir hingga tuntutan telah dibuktikan dengan suksees; sekali lagi, seperti yang kuingatkan kepadamu pada malam dua Agustus. Dalam ketergesaanmu yang pantas dikagumi untuk memastikan hukum dijunjung tinggi, tampaknya kamu, kuyakin akibat kurang hati-hati, telah melupakan beberapa hukum itu sendiri.'

'Hukum bisa diganti,' kata Fudge dengan buas.

'Tentu bisa,' kata Dumbledore sambil mencondongkan kepalanya.'Dan jelas kamu telah banyak membuat perubahan, Cornelius. Mengapa, dalam beberapa minggu singkat sejak aku diminta meninggalkan Wizengamot saja, sudah menjadi prakteknya untuk mengadakan sidang kriminal penuh untuk mengatasi masalah simpel seperti sihir di bawah umur!'

Beberapa penyihir di atas mereka bergerak dengan tidak nyaman di tempat duduk mereka. Fudge sedikit berubah ke warna ungu kecoklatan yang lebih dalam. Namun penyihir wanita mirip katak di sebelah kanannya hanya menatap Dumbledore, wajahnya tidak berekspresi.

'Sejauh yang kutahu,' Dumbledore melanjutkan, 'belum ada hukum yang mengatakan menjadi pekerjaan sidang ini untuk menghukum Harry demi setiap sihir yang pernah dilakukannya. Dia telah dituntut untuk pelanggaran tertentu dan dia telah memberikan pembelaannya. Semua yang bisa dilakukannya dan aku hanyalah menanti keputusan kalian.'

Dumbledore menyatukan ujung-ujung jarinya lagi dan tidak berkata apa-apa lagi. Flure melotot kepadanya, jelas sangat marah. Harry melirik ke samping kepada Dumbledore, mencari penentraman; dia sama sekali tidak yakin bahwa Dumbledore bertindak benar dalam memberitahu Wizengamot bahwa sudah waktunya mereka mengambil keputusan. Namun, sekali lagi Dumbledore tampak tidak menyadari usaha Harry melihat ke matanya. Dia terus melihat ke bangku-bangku di mana keseluruhan Wizengamot telah mengadakan percakapan penting sambil berbisik-bisik.

Harry melihat ke kakinya. Jantungnya, yang tampaknya telah membengkak ke ukuran tidak alami, sedang berdebar dengan keras di balik tulang iganya. Dia telah mengharapkan dengar pendapat berlangsung lebih lama dari ini. Dia sama sekali tidak yakin dirinya telah memberi kesan yang baik. Dia sebenarnya belum banyak berbicara. Dia seharusnya menjelaskan lebih lengkap mengenai para Dementor, mengenai bagaimana dia jatuh, mengenai bagaimana dia dan Dudley hampir dicium ...

Dua kali dia melihat kepada Fudge dan membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi jantungnya yang membengkak sekarang menekan jalan masuk udaranya dan dua kali itu dia hanya mengambil napas dalam-dalam dan menatap kembali pada sepatunya.

Lalu bisik-bisik itu terhenti. Harry ingin melihat kepada para hakim, tetapi menemukan bahwa jauh lebih mudah tetap memeriksa sepatunya.

'Yang setuju membebaskan tertuduh dari semua tuntutan?' kata suara menggelegar Madam Bones.

Kepala Harry tersentak naik. Ada banyak tangan di udara, banyak ... lebih dari setengah! Sambil bernapas dengan sangat cepat, dia mencoba menghitung, tetapi sebelum dia selesai, Madam Bones telah berkata, 'Dan yang ingin menghukum?'

Fudge mengangkat tangannya; demikian pula setengah lusin yang lainnya, termasuk penyihir wanita di samping kanannya dan penyihir pria berkumis lebat dan penyihir wanita berambut ikal di baris kedua.

Fudge memandang mereka sekilas, terlihat seolah-olah ada sesuatu yang besar tersangkut di kerongkongannya, lalu menurunkan tangannya sendiri. Dia mengambil dua napas panjang dan berkata, 'Baiklah, baiklah ... dibebaskan dari semua tuntutan.'

'Bagus sekali,' kata Dumbledore dengan cepat, sambil melompat berdiri, menarik keluar tongkatnya dan menyebabkan kedua kursi berlengan dari kain itu menghilang. 'Well, aku harus pergi. Selamat siang kepada kalian semua.'

Dan tanpa melihat satu kalipun kepada Harry, dia berjalan ke luar dari ruang bawah tanah itu. 

sumber: http://www.oocities.org/victoriajayjay/chapter08.html

0 komentar :

Posting Komentar

komen atau kritik dipersilakan selama nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain.
karena saya sendiri nggak punya ilmu-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.

It's just Me

Foto Saya
Agung Pramono
lelaki, suami, ayah, teman
Lihat profil lengkapku

Mapping

My Books